Tempuh Metaverse University Agar Siap Hadapi Dunia Virtual Masa Depan

Fandi Fabriyan

Metaverse University – Bersamaan dengan pandemi Covid-19 yang menuntut masyarakat untuk lebih banyak di rumah dan melakukan segala macam aktivitas secara virtual, baru-baru ini muncul sebuah rencana besar dari Mark Zuckerberg akan sebuah virtual reality yang disebut sebagai metaverse.

Ya, meski beberapa bulan berlalu, istilah tersebut mulai banyak diimplementasikan ke dalam beberapa aspek kehidupan demi mempersiapkan generasi yang siap menghadapi dunia virtual tersebut. Yang salah satunya diaplikasikan dalam dunia pendidikan sebagai Metaverse University.

Apa itu Metaverse University?

Sebelum membahas mengenai pendidikan Metaverse, mari pahami terlebih dulu bagaimana gambaran serta cara kerja dunia yang disebut metaverse ini.

Istilah metaverse sebenarnya sudah lebih dulu disebut Neal Stephenson pada novelnya berjudul Snow Crash yang menggambarkan kehidupan persis seperti yang dicetuskan Mark Zuckerberg. Di mana dunia tak lagi sebatas kenyataan, namun imajinasi tak terbatas.

Tidak seperti dunia virtual sekarang yang serba terbatas pada layar HP atau komputer, metaverse memungkinkan siapa saja agar tetap bisa merasa bersama meski jarak saling berjauhan.

Beberapa negara di seluruh dunia mulai berlomba-lomba mempersiapkan diri menuju metaverse. Salah satunya dengan mengusung konsep Metaverse University, yakni membawa pendidikan tinggi ke dalam dunia metaverse yang didukung oleh konsep 3D. Contoh beberapa universitas di seluruh dunia yang telah menerapkan ini adalah CEU University di Spanyol dan Amman University di Arab.

Salah jika Anda berpikir Indonesia masih pasif merespon tentang konsep metaverse education. Hal ini sudah mulai diperkenalkan di Indonesia melalui sebuah universitas UHAMKA (Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka).

Nah, sebelum membahas peran UHAMKA dalam mewujudkan dunia belajar metaverse, pahami terlebih dahulu dasar tentang karakteristik universitas metaverse.

Karakteristik Metaverse Bagi Pendidikan Masa Depan

Meski konsep 3D masih terbatas, beberapa karakteristik pendidikan metaverse berikut sudah banyak diterapkan di Indonesia sebagai pembiasaan metaverse di masa depan.

  1. Tanpa terbatas ruang kelas. Konsep ini telah dilaksanakan selama pandemi berlangsung. Belajar secara virtual melalui aplikasi video konferensi. Tidak seperti di kelas yang terbatas ruang, di ruang aplikasi semua bisa masuk hingga puluhan siswa sekaligus.
  2. Selalu terhubung. Meskipun dari jarak jauh, siswa tetap bisa menempuh pendidikan. Sangat solutif untuk memajukan pendidikan di wilayah timur Indonesia yang tertinggal. Sehingga anak di pedesaan sekalipun bisa meraih sarjana lewat Metaverse University.
  3. Meninggalkan kesan mendalam. Begitu device dinyalakan, semua interaksi hingga ekspresi dapat terlihat. Sehingga hasil belajar lebih optimal tanpa meninggalkan kesan kebersamaan.
  4. Pengalaman sosial. Metaverse fokus pada kreasi pribadi, dan hal ini telah diterapkan dengan melibatkan siswa menciptakan konten.

Dari keempat hal di atas, masih ada satu karakteristik yang masih jauh tercapai, yakni pelibatan Ekonomi Virtual dengan cryptocurrencies. Meskipun masih jauh dengan konsep 3D yang tampak nyata, beberapa yang dilakukan sudah cukup baik untuk mempersiapkan generasi sekarang menuju metaverse sesungguhnya nanti.

Upaya UHAMKA Menuju Metaverse University

Demi mewujudkan sistem pendidikan metaverse, UHAMKA bekerja sama dengan BPTKI (Balai Penelitian Teknologi Informasi). Tak lain untuk mempermudah melakukan penelitian melalui jurnal artikel mengenai Metaverse.

Bisa dikatakan UHAMKA merupakan salah satu universitas pertama di Indonesia yang menerapkan konsep Metaverse University.

Beberapa divisi telah dipersiapkan sebagai pendukung siswa agar siap menuju metaverse. Yakni, melalui Pendidikan & Pelatihan, Pengembangan & Riset, Jaringan & Server, Pelayanan & Informasi, Website % Multimedia, serta Aplikasi & Database.

Bukan hanya sekadar program dan rencana, salah satu karakteristik “Pengalaman Sosial” dari pendidikan metaverse telah terwujud. Yaitu dengan mengirimkan 12 mahasiswanya mengikuti “Virtual Exchange University” dengan Asia University di Taiwan selama 1 semester.

Program pengalaman kuliah di kampus luar negeri ini dapat menciptakan tenaga kerja global. Sehingga meningkatkan peluang mahasiswa tersebut bekerja di luar negeri.

Dengan adanya UHAMKA, diharapkan akan banyak bermunculan Metaverse University yang mulai menerapkan konsep belajar metaverse education yang telah dijelaskan sebelumnya.

Sehingga para lulusan dari Indonesia tak kalah saing sambil mempersiapkan generasi sekarang benar-benar memahami cara kerja dari dunia virtual metaverse sebagai wajah baru masa depan.

Artikel Lainnya

Bagikan:

Fandi Fabriyan

First You Learn, Then You Remove The "L"

Tinggalkan komentar